Untuk keperluan
pengukuran dan pemetaan selain pengukuran Kerangka Dasar Vertikal yang
menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan data koordinat dan
tinggi titik yang tersebar di permukaan
bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran.
Dalam pengukuran
titik-titik detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi
titik-titik detail dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam
pengukuran titik-titik detail adalah metode
offset dan metode tachymetri. Namun metode yang sering digunakan adalah
metode Tachymetri karena Metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena
yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth
magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang
diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y dan
ketinggian Z.
Metode pengukuran offset
Metode
offset adalah pengukuran titik-titik menggunakan alat alat sederhana yaitu pita
ukur dan yalon. Pengukuran untuk
pembuatan peta cara offset menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini
juga biasa disebut cara rantai (chain surveying).
Dari jenis peralatan yang digunakan ini,
cara offset biasa digunakan untuk daerah yang relatif datar dan tidak luas,
sehingga kerangka dasar untuk pemetaanyapun juga dibuat dengan cara offset.
Peta yang diperoleh dengan cara offset tidak akan menyajikan informasi
ketinggian rupa bumi yang dipetakan.
Cara pengukuran titik detil dengan cara
offset ada tiga cara:
1.
Cara siku-siku (cara garis tegak lurus)
2.
Cara mengikat (cara interpolasi)
3.
Cara gabungan keduanya.
Metode pengukuran tachymetri
Metode
tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis, elektronis, dan
digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur
di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk
pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke
rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta
sudut miring . Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada
segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding.
Kebanyakan
pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman
topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak
lurus
dan jarak miring "direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak
vertikal.
Pada
gambar, sebuah transit dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang pada titik
tertentu. Dengan benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur sehingga
tinggi t sama dengan tinggi theodolite ke tanah.
Sudut
vertikalnya (sudut kemiringan) terbaca sebesar a. Perhatikan bahwa dalam
pekerjaan tachymetri tinggi instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari
titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di atas datum seperti dalam sipat datar).
Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar
detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset.
Di wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih
cepat dari pada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat.
Kristian (hadir)
BalasHapusMuh.fathul alfikri (hadir)
BalasHapusMuh.reno saputra(hadir)
BalasHapusWarid mahabbah (hadir)
BalasHapusLisa may bomba L. (Hadir)
BalasHapusAngga widya pratama(hadir)
BalasHapusMuhammad Abd AJIEB Darmawan.(hadir)
BalasHapusMuh Kahlil Gibran (hadir)
BalasHapusTommy Hardiansyah
BalasHapusMuhammad.irwansyah maulana(hadir)
BalasHapusYudha Makati ( Hadir )
BalasHapusAkhmad alif rizqy ( hadir )
BalasHapusHadir
BalasHapusyang absen setelah tgl 14 Agustus tdk diterima lagi
BalasHapus